Alhamdulillah, segala puji bagi Allah
atas segala limpahan nikmat-nikmat-Nya. Shalawat dan salam semoga
terlimpah kepada baginda Rasulillah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Bagi orang yang umurnya banyak (tua)
hendaknya memperbanyak amal shalih. Hal ini karena satu hukum alam yang
sudah Allah tetapkan, orang tua lebih dekat kepada kematian daripada
anak muda, karena tua adalah puncak dari umur manusia. Orang muda masih
ada harapan tua, tapi orang tua tak akan lagi menjadi muda apalagi
remaja.
Namun demikian, bukan berarti anak-anak
muda boleh berleha-leha karena kematiannya masih lama. Sebab manusia,
tua atau muda, tak tahu kapan akan meninggal dunia. Terkadang ada orang
yang meninggal saat dia masih muda, terkadang diakhirkan sampai usia
tua. Karenanya anak mudapun harus memperbanyak amal shalih sebagai bekal menghadapi kematian.
kematian mendadak di akhir zaman semakin
marak. Hal ini hendaknya meningkatkan kewaspadaan kita semua, karena khabar dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pastilah benar.
Kematian Datang Tanpa Diundang
Sesungguhnya kematian merupakan misteri
bagi manusia. Tak seorangpun yang tahu kapan datangnya. Namun satu
kepastian bahwa ajal (waktu kematian) seseorang sudah tercatat jauh hari
di Lauhul Mahfudz sebelum manusia diciptakan. Dan ketika seseorang
sudah tiba ajalnya, maka tidak bisa diajukan barang sesaat ataupun
diundurkan. Allah Ta’ala berfirman,
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
"Tiap-tiap umat mempunyai batas
waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (QS. Al A'raf: 34)
Setelah kematian maka kesempatan beramal
telah habis. Manusia akan mendapatkan balasan dari amal-amal
perbuatannya di alam kubur, berupa nikmat atau adzab kubur. Dan ketika
sudah terjadi kiamat, dia akan dibangkitkan dan mempertanggungjawabkan
segala amal perbuatannya di hadapan Allah.
"Maka barang siapa yang bertakwa dan
mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati."(QS.Al-A’raf:35)
Sedangkan orang yang kafir dan ingkar terhadap kebenaran Islam, “Dan
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri
terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.”(QS.Al-A’raf:36)
Kematian Mendadak Semakin Marak di Akhir Zaman
Kasus Meninggal mendadak semakin sering kita dengar.Dan di
akhir zaman, jumlahnya semakin banyak sebagimana yang diungkapkan oleh
Yusuf bin Abdullah bin Yusuf al Wabil dalam kitabnya Asyratus Sa'ah.
Beliau menyebutkan, kematian yang datang tiba-tiba atau mendadak
merupakan salah satu dari tanda dekatnya kiamat. Hal ini didasarkan pada
beberapa kabar hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, salah satunya hadits marfu' dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu,
إِنَّ مِنْ أَمَارَاتِ السَّاعَةِ . . . أَنْ يَظْهَرَ مَوْتُ الْفُجْأَةِ
"Sesungguhnya di antara tanda-tanda dekatnya hari kiamat adalah . . . akan banyak kematian mendadak." (HR. Thabrani dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jami' al-Shaghir no. 5899)
Fenomena ini sudah sering kita saksikan
pada masa sekarang ini. Orang yang sebelumnya sehat bugar, tiba-tiba ia
mati mendadak. Hal ini dibenarkan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)
berdasarkan sebuah penelitian, setiap tahunnya banyak orang meninggal
karena stroke dan serangan jantung, bahkan disebutkan kalau penyakit
jantung menempati urutan pertama yang banyak menyebabkan kematian pada
saat ini.
Dalam hadits ini terdapat mukjizat
ilmiah yang kita benarkan melalui kajian kedokteran yang harus diakui.
Mukjizat ini membuktikan bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
adalah utusan Allah yang tidak berbicara berdasar hawa nafsunya, tapi
yang beliau sampaikan adalah wahyu dari Allah yang diturunkan kepada
beliau.
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
"Dan tiadalah yang diucapkannya itu
(Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya.Ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." (QS. Al-Najm: 3-4)
Rasanya orang yang hidup pada zaman Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tak pernah membayangkan fenomena merebaknya kematian mendadak, kecuali berdasarkan wahyu ilahi yang menyingkap fenomena ini.
Maksud Kematian Mendadak
Banyak sebab kematian, tapi kematian itu
tetap satu. Hal ini menunjukkan bahwa kematian memiliki sebab, seperti
sakit, kecelakaan, atau bunuh diri dan semisalnya. Sedangkan kematian
yang tanpa didahului sebab itulah maksud kematian yang mendadak yang
belum bisa diprediksi sebelumnya. Seiring majunya ilmu kedokteran,
manusia bisa menyingkap tentang sebab kematian seperti kanker, endemik,
atau penyakit menular. Penyakit-penyakit ini mengisyaratkan dekatnya
kematian, tetapi sebab yang utama adalah mandeknya jantung secara
tiba-tiba yang datang tanpa memberi peringatan.
Para ulama mendefinisikan kematian
mendadak sebagai kematian tak terduga yang terjadi dalam waktu yang
singkat dan salah satu kasusnya adalah seperti yang dialami orang yang
terkena serangan jantung.
Imam al-Bukhari dalam shahihnya membuat sebuah bab,
بَاب مَوْتِ الْفَجْأَةِ الْبَغْتَةِ
"Bab kematian yang datang tiba-tiba". Kemudian beliau menyebutkan hadits Sa'ad bin 'Ubadah Radliyallah 'Anhu, beliau berkata kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
"Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia secara mendadak dan aku yakin
seandainya ia berbicara sebelum itu, pastilah dia ingin bersedekah.
Maka dari itu, apakah dia akan mendapat pahala apabila jika aku
bersedekah untuknya?" Beliaupun menjawab, "Ya". (Muttafaq 'alaih)
. . . kematian mendadak sebagai kematian tak terduga yang terjadi
dalam waktu yang singkat dan salah satu kasusnya adalah seperti yang
dialami orang yang terkena serangan jantung. . .
Kematian Mendadak Dalam Pandangan Ulama
Sebagian ulama salaf tidak menyukai
kematian yang datang secara mendadak, karena dikhawatirkan tidak memberi
kesempatan seseorang untuk meninggalkan wasiat dan mempersiapkan diri
untuk bertaubat dan melakukan amal-amal shalih lainnya. Ketidaksukaan
terhadap kematian mendadak ini dinukil Imam Ahmad dan sebagian ulama
madzhab Syafi'i.
Sementara Imam al-Nawawi menukil bahwa sejumlah sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
dan orang-orang shalih meninggal secara mendadak. An-Nawawi mengatakan,
"Kematian mendadak itu disukai oleh para muqarrabin (orang yang
senantiasa menjaga amal kebaikan karena merasa diawasi oleh Allah)."
(Lihat (Fathul Baari: III/245)
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, "Dengan demikian, kedua pendapat itu dapat disatukan." (Fathul Baari: III/255)
Terdapat keterangan yang menguatkan bahwa kematian mendadak bagi seorang mukmin tidak layak dicela. Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu,
dia berkata, "Kematian mendadak merupakan keringanan bagi seorang
mukmin dan kemurkaan atas orang-orang kafir." Ini adalah lafadz Abdul
Razaq dan al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir, sedangkan lafadz Ibnu
Abi Syaibah, "Kematian mendadak merupakan istirahat (ketenangan) bagi
seorang mukmin dan kemurkaan atas orang kafir." (HR. Abdul Razaq dalam
al Mushannaf no. 6776, al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir no. no.
8865)
Dari Aisyah Radliyallah 'Anha, berkata, "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengenai kematian yang datang tiba-tiba. Lalu beliau menjawab,
رَاحَةٌ لِلْمُؤْمِنِ وَأَخْذَةُ أَسَفٍ لِفَاجِرٍ
"Itu merupakan kenikmatan bagi seorang mukmin dan merupakan bencana bagi orang-orang jahat."
(HR. Ahmad dalam al-Musnad no. 25042, al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman
no. 10218. Syaikh al Albani mendhaifkannya dalam Dha'if al Jami' no.
5896)
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud dan Aisyah Radliyallah 'Anhuma,
keduanya berkata, "Kematian yang datang mendadak merupakan bentuk kasih
sayang bagi orang mukmin dan kemurkaan bagi orang zalim." (HR. Ibnu Abi
Syaibah dalam al Mushannaf III/370, dan al-Baihaqi dalam al-Sunan al
Kubra III/379 secara mauquf).
Alangkah indahnya hadits yang dijadikan
sebagai penguat oleh Imam al-Baihaqi dalam al Sunan al-Kubra pada kitab
"Al-Janaiz" Bab, "Fi Mautil Faj'ah", dari hadits Abu Qatadah, Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah dilalui iring-iringan
jenazah. Beliau lalu bersabda, "Yang istirahat dan yang diistirahatkan
darinya." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apa maksud yang
istirahat dan yang diistirahatkan darinya?" Beliau menjawab,
الْعَبْدُ
الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ
اللَّهِ ، وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ
وَالْبِلاَدُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ
"Seorang hamba yang mukmin
beristirahat dari keletihan dunia dan kesusahannya, kembali kepada
rahmat Allah. Sedangkan hamba yang jahat, para hamba, negeri, pohon dan
binatang beristirahat (merasa aman dan tenang) darinya." (HR. Muslim no. 950, Ahmad no. 21531)
Kematian mendadak yang dialami seorang
mukmin adalah kebaikan baginya. Dia terbebas dari hiruk pikuk dunia yang
menjemukan dan terbebas dari fitnah-fitnahnya. Sedangkan Kematian
mendadak yang dialami seorang fajir merupakan kabar gembira bagi hamba
Allah, mereka akan terbebas dari gangguannya. Di antara gangguannya
adalah kezalimannya terhadap mereka, kesenangannya melakukan kemungkaran
dan jika diingatkan malah menantang dan itu menyulitkan mereka. Jika
diingatkan malah menyakiti dan bila didiamkan mereka menjadi berdosa.
Sedangkan istirahatnya binatang adalah dikarenakan sang fajir tadi
selalu menyakiti dan menyiksanya serta membebani di luar kemampuannya,
tidak memberinya makan dan yang lainnya. Sedangkan istirahatnya negeri
dan pepohonan adalah karena perbuatan jahat sang fajir hujan tidak
turun, dia mengeruk kekayaannya dan tidak mengairinya.
Menyikapi Kematian Mendadak
Bagi orang yang berakal sehat tentu akan
mengambil pelajaran dari fenomena yang ia saksikan. Terlebih fenomena
tersebut telah disampaikan oleh orang yang terpercaya, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Ia akan bersegera kembali kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya, sebelum kematian itu menjemputnya.
Imam al-Bukahri pernah berkata,
Peliharalah waktu ruku'mu ketika senggang . . . Sebab, boleh jadi kematian akan datang secara tiba-tiba
Betapa banyaknya orang yang sehat dan segar bugar . . . Lantas meninggal dunia dengan tiba-tiba
Dan setelah memahami adanya kematian
yang mendadak, dan semakin sering terjadi pada akhir zaman (termasuk
zaman kita ini), hendaknya kita mempersiapkan diri. Sesungguhnya
kematian akan tetap datang. Tidak ada kekuatan di dunia yang bisa
melawan ketetapan Ilahi ini. Dan setelah kematian, setiap orang akan
mendapat balasan dari amal yang telah dikerjakannya di dunia.
Syaikh bin Bazz rahimahullah pernah berpesan, "Sudah semestinya kita mempersiapkan diri, bahkan karena inilah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memohon dalam doanya:
للَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
"Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu
dari hilangnya nikmat-Mu, berubahnya kesejahteraan dari-Mu, dan siksa-Mu
yang datang tiba-tiba serta dari semua murka-Mu." (HR. Muslim no. 2739)
Seorang yang mulia mengatakan, "Banyak
di antara kawanku yang telah melepaskan nyawanya saat memperturutkan
syahwatnya, menjadi tawanan kenikmatan, lalai mengingat maut dan hisab.
Setelah Allah memberi petunjuk kepadaku untuk mentaati-Nya, aku segera
menemui sahabatku untuk menasehatinya. Mengajaknya kepada ketaatan dan
memperingatkannya dari kemaksiatan. Tetapi, dia hanya beralasan dengan
keadaannya yang masih muda. Dia telah tertipu oleh panjang angan-angan.
Maka, demi Allah, kematian telah mendatanginya secara mendadak, sehingga
hari ini dia telah berada di dalam tanah, terkubur.
.
. . Tetapi, dia hanya beralasan dengan keadaannya yang masih muda. Dia
telah tertipu oleh panjang angan-angan. Maka, demi Allah, kematian
telah mendatanginya secara mendadak, sehingga hari ini dia telah berada
di dalam tanah, terkubur. . .
Dia telah terbelenggu dengan
keburukan-keburukan yang telah dilakukannya. Kenikmatan telah hilang
darinya. Penyanyi-penyanyi wanita telah meninggalkannya. Tinggallah
berbagai tanggungjawab pada lehernya. Dia telah menghadap kepada
Al-Jabbar (Allah Yang Maha Perkasa) dengan amalan-amalan orang yang
fasik dan durhaka. Semoga Allah melindungiku dan Anda dari catatan
amal, seperti catatan amalnya, dan dari akhir kehidupan, seperti akhir
kehidupannya. Maka bertakwalah kepada Allah, Ya 'Ibadallah! Janganlah
engkau menjadi seperti dia, sedangkan engkau tahu bahwa dunia ini telah
berjalan ke belakang, dan akhirat berjalan mendatangi. Ingatlah saat
kematian dan perpindahan. Dan (ingatlah) yang akan tergambarkan di
hadapanmu, berupa banyaknya keburukan dan sedikitnya kebaikan. Maka, apa
yang ingin engkau amalkan pada saat itu, segeralah amalkan sejak hari
ini. Dan apa yang ingin engkau tinggalkan saat itu, maka tinggalkanlah
sejak sekarang.
. . . Semoga Allah melindungiku dan
Anda dari catatan amal, seperti catatan amalnya, dan dari akhir
kehidupan, seperti akhir kehidupannya. Maka bertakwalah kepada Allah, Ya
'Ibaadallah!
Maka seandainya kita telah mati, kita
dibiarkan. Sesungguhnya kematian itu merupakan kenyamanan bagi seluruh
yang hidup. Tetapi jika kita telah mati, kita pasti dibangkitkan. Dan
setelah itu, kita akan ditanya tentang segala sesuatu." (Kitab Ahwalul
Qiyamah, hal. 4-5. Secara ringkas dinukil dari Mukhtasar Ahkamul Janaiz,
karya Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi)