(An-najah) – Sedikit membuka catatan lama, menelusuri akar muasal penderitaan yang dihadapi oleh kaum muslimin hari ini. Penindasan kaum muslimin di era modern ini bisa dikatakan secara resmi dan mendapat legalitas dari masyarakat internasional dimulai sejak sang drakula, George W. Bush mengumumkan kepada dunia, War on terrorism. Perang melawan terorisme.
Dengan lantang ia berterus terang, “This is crusade, this will take a long time.” Ini perang salib, ini memakan waktu yang sangat panjang. Sebagai bukti keyakinannya bahwa ini perang ideologi, perang salib, ia menegaskan kepada dunia untuk memilih salah satu dari dua opsi yang ia tawarkan, “You either with us, or with them, againts us.” Kamu bersama kami, atau bersama mereka, sebagai musuh kami. Tidak ada pilihan ketiga yang ia tawarkan.
Dari sini, dunia mulai memerangi Islam. Islam dan para pengusungnya didaulat menjadi musuh baru bagi barat khususnya dan dunia kafir umumnya. Perang melawan Islam yang di istilahkan dengan perang melawan terorisme ini tidak pernah menemui titik finalnya. Ketika orang menyangka bahwa ini akan selesai dalam beberapa tahun. Kenyataannya terus berlanjut.
Sehingga ada yang mencurigai, perang melawan terorisme ini adalah fitnah duhaima’ yang dimaksud dalam hadits yang sangat panjang. Dalam hadits tersebut diriwayatkan, manusia sepeninggalan nabi Muhammad saw akan mengalami tiga fase fitnah yang sangat dahsyat. Satu dengan yang lain berbeda sifatnya.
Rasulullah saw bersabda,
“Abdullah bin ‘Umar bahwasanya ia berkata, “Suatu ketika kami duduk-duduk di hadapan Rasulullah saw memperbincangkan soal berbagai fitnah, beliau pun banyak bercerita mengenainya. Sehingga beliau juga menyebut tentang Fitnah Ahlas. Maka, seseorang bertanya: ‘Apa yang dimaksud dengan fitnah Ahlas?’ Beliau menjawab : ‘Yaitu fitnah pelarian dan peperangan. Kemudian Fitnah Sarra’, kotoran atau asapnya berasal dari bawah kaki seseorang dari Ahlubaitku, ia mengaku dariku, padahal bukan dariku, karena sesungguhnya waliku hanyalah orang-orang yang bertakwa. Kemudian manusia bersepakat pada seseorang seperti bertemunya pinggul di tulang rusuk, kemudian Fitnah Duhaima’ yang tidak membiarkan ada seseorang dari umat ini kecuali dihantamnya. Jika dikatakan : ‘Ia telah selesai’, maka ia justru berlanjut, di dalamnya seseorang pada pagi hari beriman, tetapi pada sore hari menjadi kafir, sehingga manusia terbagi menjadi dua kemah (kubu), kubu keimanan yang tidak mengandung kemunafikan dan kubu kemunafikan yang tidak mengandung keimanan. Jika itu sudah terjadi, maka tunggulah kedatangan Dajjal pada hari itu atau besoknya.” [HR. Abu Dawud]
Tentang realita fitnah Ahlas ini, sebagian ada yang berpendapat bahwa ia sudah terjadi semenjak zaman para sahabat, dimana Al-Faruq ‘Umar bin Khaththab adalah merupakan dinding pembatas antara kaum Muslimin dengan fitnah ini, sebagaimana yang diterangkan Nabi saw ketika beliau berkata kepada ‘Umar: “Sesungguhnya antara kamu dan fitnah itu terdapat pintu yang akan hancur.”[Bukhari dan Muslim].
Sabda Rasul saw ini memang menjadi kenyataan dimana ketika ‘Umar RA baru saja meninggal dunia, hancurlah pintu tersebut dan terbukalah fitnah ini terhadap kaum Muslimin dan ia tidak pernah berhenti sampai sekarang ini.
Adapun Fitnatu Sarra’, maka Imam Ali Al-Qaari menyatakan yang dimaksud dengan fitnah ini adalah nikmat yang menyenangkan manusia, berupa kesehatan, kekayaan, selamat dari musibah dan bencana. Fitnah ini disambungkan dengan sarra’ karena terjadinya disebabkan oleh kemaksiatan karena kehidupan yang mewah, atau karena kekayaan tersebut menyenangkan musuh.
Selanjutnya tentang Fitnah Duhaima. Kata duhaima’ merupakan bentuk tashghir (pengecilan) dari kata dahma’, yang berarti hitam kelam dan gelap. Fitnah ini akan meluas mengenai seluruh umat ini. [‘Annul Ma’bud 11/310-311]
Ada beberapa ciri khusus fitnah duhaima’ yang tidak dimiliki oleh fitnah sebelumnya.
1. Fitnah ini akan menghantam semua umat Islam (lebih khusus lagi bangsa Arab). Tidak seorangpun dari warga muslim yang akan terbebas dari fitnah ini. Beliau menggunakan lafadz “lathama” yang bermakna menghantam, atau memukul bagian wajah dengan telapak tangan. Kalimat ini merupakan gambaran sebuah fitnah yang sangat keras dan ganas.
2. Fitnah ini akan terus memanjang, dan tidak diketahui kapan ia akan berakhir. Bahkan ketika manusia ada yang berkata bahwa fitnah itu sudah berhenti, yang terjadi justru sebaliknya; ia akan terus memanjang dan sulit diprediksi kapan berhentinya. Inilah maksud ucapan beliau : Jika dikatakan : ‘Ia telah selesai’, maka ia justru berlanjut.
3. Efek yang ditimbulkan oleh fitnah ini adalah munculnya sekelompok manusia yang di waktu pagi masih beriman, namun di sore hari telah menjadi kafir. Sore hari ia masih beriman, tetapi esok pagi dia sudah kafir.Dahsyatnya fitnah ini akan mencabut keimanan seseorang hanya dalam bilangan satu hari.
4. Beliau menjelaskan bahwa proses terjadinya kemurtadan pada sebagian umat Islam yang begitu cepat itu akan terus berlangsung dalam waktu yang tidak diketahui. Puncak dari kejadian ini adalah terbelahnya manusia dalam dua kubu; kelompok iman yang tidak tercampur dengan kenifakan dan kelompok munafik yang tidak memiliki keimanan.
Beberapa ciri fitnah duhaima’ yang disebutkan dalam hadits diatas, seperti ciri fitnah perang melawan terorisme sekarang;
“Fitnah terorisme memiliki sifat dan ciri yang sama dengan fitnah ad-duhaima’. Dahsyatnya fitnah terorisme hari ini, siapapun merasakan akibat dari perang melawan terorisme ini.
Fitnah terorisme pun memakan waktu yang sangat panjang. Dulu, orang memperkirakan hanya akan memakan waktu sekitar 6 tahun. Tetapi ternyata terus berlangsung hingga sekarang.
Di Indonesia misalnya, sepeninggalan DR. Azhari, banyak orang mengira fitnah terorisme ini akan berakhir. Tetapi ternyata ikon baru dimunculkan oleh rezim yang berkuasa yaitu Nordin. Sepeninggalan Nordin, banyak orang meyakini fitnah ini telah selesai. Tetapi, yang terjadi, justru sebaliknya; perburuan terhadap para ‘teroris’ berlangsung hingga sekarang.
Ciri fitnah duhaima’ selanjutnya menjadikan manusia mudah murtad. Demikian juga fitnah terorisme hari ini menjadikan manusia enteng melakukan kemurtadan. Kemurtadan yang paling nyata di fitnah terorisme adalah berloyalitas kepada kubu kafir, Amerika dan sekutunya serta tolong menolong dengan orang kafir dalam memerangi umat Islam.
Dari sinilah umat Islam terpecah menjadi dua kubu; kubu mukmin dan kubu munafik. Mungkin, kubu munafik ini adalah setiap orang yang mengaku muslim tetapi tunduk dan suka rela berkerja sama dengan orang kafir. Termasuk dalam perang melawan terorisme.”
Perang Dengan Yahudi
Keruntuhan Gedung WTC, simbol runtuhnya dominasi AS di mata dunia
George Bush si penggagas perang melawan terorisme (baca: Islam) dalam beberapa catatan ia termasuk anggota elit Brother Hood of Snake. Sebuah oraganisasi Yahudi. Demikian juga Obama, menurut catatan banyak peneliti, Obama adalah kader Yahudi yang disiapkan sebagai tanduk perlawanan terhadap Islam. Seorang mantan jubir zionis, Abner Mivka berkata, “Obama adalah presiden Yahudi pertama Amerika.”
Jika melihat para pelopor perang terhadap Islam adalah kader-kader Yahudi. Muncul sebuah pertanyaan, akankah perang melawan terorisme ini menjadi tangga menuju perang akhir zaman yang pernah disinggung oleh rasulullah saw?.
“Kiamat tidak akan terjadi hingga kaum muslimin memerangi Yahudi. Kaum muslimin akan bersungguh-sungguh memerangi Yahudi, hingga mereka bersembunyi di balik batu dan pohon-pohon. Maka batu dan pohon berteriak, ‘Wahai muslim, wahai hamba Allah, ini ada Yahudi di belakangku, kemarilah bunuhlah dia.’ Kecuali pohon ghorqod (ia tidak berteriak) karena ia adalah pohon Yahudi.” (HR. Muslim)
Jawabannya, bisa tidak atau kemungkinan benar. Perjalanan sejarah akan membuktikannya. Hanya saja, perang melawan teroris, kekacauan dunia karena ulah dan kerakusan Yahudi hari ini mengarah ke pagelaran perang semesta yang akan terjadi di akhir zaman.
Perang Semesta (al-Malhamah al-Kubro)
Puncak peperangan yang akan terjadi nanti menjelang kiamat adalah perang semesta (Armagedon). Rasulullah saw mengistilahkannya dengan al-Malhamah al-Kubro, perang terdahsyat.
Dalam sebuah hadits rasulullah saw menjelaskan peristiwa ini
“Kalian akan mengadakan perdamaian dengan bangsa Rum dalam keadaan aman. Lalu kalian akan berperang bersama mereka melawan suatu musuh dari belakang mereka. Maka kalian akan selamat dan mendapatkan harta rampasan perang. Kemudian kalian akan sampai ke sebuah padang rumput yang luas dan berbukit-bukit. Maka berdirilah seorang laki-laki dari kaum Rum lalu ia mengangkat tanda salib dan berkata, ‘Salib telah menang’. Maka datanglah kepadanya seorang lelaki dari kaum muslimin, lalu ia membunuh laki-laki Rum tersebut. Lalu kaum Rum berkhianat dan terjadilah peperangan, dimana mereka akan bersatu menghadapi kalian di bawah 80 bendera, dan di bawah tiap-tiap bendera terdapat dua belas ribu tentara.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)
Rasulullah saw bersabda, “Kalian akan memerangi Jazirah Arab, maka Allah akan menaklukannya untuk kalian. Kemudian kalian akan memerangi bangsa Persia, maka Allah menaklukkannya untuk kalian. Kemudian kalian akan memerangi bangsa Romawi, maka Allah menaklukkannya untuk kalian. Kemudian kalian akan memerangi Dajjal, maka Allah pun mengalahkannya untuk kalian.” (HR. Muslim)
Kenapa arab harus diperangi? Padahal, hari ini, sepertinya arab adalah negeri-negeri yang sangat islami. Beberapa penulis kontemporer mencoba menjawab, sebabnya, Arab telah dikuasai oleh undang-undang kafir dan loyal kepada orang-orang kafir. Karena sebab inilah, Arab diperangi.
Ada sebagian ulama kontemporer mencoba memberikan analisa; bahwa bangsa Persia yang diperangi karena mereka menganut aqidah syirik. Yaitu, syi’ah rafidhoh. Seperti di Iran, Irak, Bahrain dan Lebanon.
Sedangkan bangsa romawi yang akan berdamai dengan umat islam adalah Amerika, dan Barat. Demikian ditegaskan oleh syaikh Muhammad Hasan, da’i kondang Mesir.
Melihat realita yang terjadi di dunia Islam. Khususnya timur tengah, kesimpulan dan analisa diatas bisa dibenarkan. Negara-negara arab yang ada hari ini telah menjadikan undang-undang sekuler sebagai undang-undang Negara dan demokrasi sebagai system pemerintahan.
Demikian juga syi’ah (Persia), hari ini telah memiliki Negara resmi, seperti Iran ataupun Lebanon. Keberanian orang-orang syi’ah yang ada di timur tengah yang membantu rezim Basyar Asad, untuk membunuh umat Islam, turut memperkuat dugaan bahwa syi’ah sedang bergerak membentuk Persia Raya yang beragama syi’ah.
Jika ada yang menuduh bahwa analisa diatas diada-ada dan cendrung dipaksakan, sah-sah saja. Namun harus disepakati bahwa di akhir zaman, umat Islam yang komitmen dengan dakwah tauhid dan jihad akan memerangi orang Yahudi, Arab, Persia dan serta romawi (Barat Kristen). Perang ini bersifat semesta (internasional) bukan regional.
Wallahua’lam bi showab.
Sumber :http://www.an-najah.net