Jika kamu masih mempunyai banyak pertanyaan, maka kamu belum dikatakan beriman, Iman adalah percaya apa adanya, tanpa reserve
SANGAT sedikit manusia yang menggunakan akalnya untuk menemukan Tuhannya dan jati dirinya. Padahal kalau mau jujur dan jernih berpikir siapapun akan menemukan kebenaran Islam.
Pengalaman Felix Siauw seorang Ustadz muallaf ini mungkin bisa menginspirasi anda.
“Jika kamu masih mempunyai banyak pertanyaan, maka kamu belum dikatakan beriman, Iman adalah percaya apa adanya, tanpa reserve." Begitulah kira-kira pernyataan yang akan selalu anda ingat di dalam hidup ini.
Dahulu Siauw seorang penganut Kristen Katolik. Di usianya yang masih 12 tahun, banyak pertanyaan tentang kehidupan yang belum terjawab.
Ada tiga pertanyaan yang paling besar yang muncul dalam benaknya, yaitu darimana asal kehidupan ini, untuk apa adanya kehidupan ini, dan akan seperti apa akhir kehidupan ini.
Lalu, “Kenapa tuhan pencipta kehidupan ini ada tiga, yakni ada tuhan bapa, tuhan putra dan roh kudus? Darimana asal tuhan bapa?”, atau “Mengapa tuhan bisa disalib dan dibunuh lalu mati, lalu bangkit lagi?” ungkap Siauw saat itu.
Ketidakpuasan itu mendorongnya untuk mencari jawaban langsung dari Alkitab yang katanya datang dari tuhan.
Betapa terkejutnya,ketika ia baru tahu jika 14 dari 27 surat di Injil perjanjian baru ternyata ditulis oleh manusia, yaitu Santo Paulus.
Lebih terkejut lagi ketika mengetahui bahwa sisa kitab yang lainnya juga merupakan tulisan tangan manusia yang dibuat setelah wafatnya Yesus.
Konsep trinitas yang menyatakan tuhan itu tiga dalam satu dan satu dalam tiga ternyata adalah hasil kongres di kota Nicea pada tahun 325 M.
Setelah mengetahui itu, ia putuskan bahwa agama yang ia anut tidaklah pantas untuk dipertahankan.
Siauw pun memutuskan untuk menjadi seorang yang tidak beragama, tetapi tetap percaya kepada Tuhan.
Siauw berkesimpulan bahwa semua agama tidak ada yang benar, karena sudah diselewengkan oleh penganutnya. Tanpa sadar waktu itu ia sudah menjadi manusia yang sinkretis dan pluralis.
Waktu terus bergulir hingga ia kuliah di IPB memasuki semester ketiga, pemahamannya mulai berubah. Itu bermula dari perdebatannya dengan seorang teman tentang kebenaran.
Syamsul Hadi, demikian nama temannya itu, mengatakan bahwa kebenaran hanya akan ditemukan di dalam Alquran.
Ia pun berusaha mencari kebenaran dan dipertemukan dengan Ustad Fatih Karim, aktivis Islam. Lewat pertemuan dengan Ustadz Fatih di Masjid Kampus itulah, perkenalannya dengan Alquran dimulai.
Ustadz Fatih menceritakan tentang pengalaman hidupnya termasuk berbagai pertanyaan besar yang belum terjawab tentang kehidupan.
Kami lalu berdisnyasi hingga mencapai suatu kesepakatan tentang adanya Tuhan pencipta alam semesta.
Siauw akhirnya paham bahwa adanya Tuhan, atau Sang Pencipta memanglah sesuatu yang tidak bisa disangkal dan dinafikan bila kita benar-benar memperhatikan sekeliling kita.
"Tapi masalahnya ada lima agama yang mengklaim mereka punya petunjuk bagi manusia untuk menjalani hidupnya. Yang manakah yang bisa kita percaya?" tanyanya saat itu.
"Apapun diciptakan pasti mempunyai petunjuk tentang caranya bekerja," jawab Ustadz Fatih. Ia menambahkan, begitupun juga manusia, masalahnya, yang manakah kitab petunjuk yang paling benar dan datang dari Sang Pencipta atau Tuhan yang Maha Kuasa?"
Lalu dibacakanlah ayat dalam Alqur'an: ”Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (QS al-Baqarah :2)
Mendengar ayat itu, Felix hanya terpesona dengan ketegasan, kejelasan serta ketinggian maknanya. ”Mengapa penulis kitab itu berani menuliskan seperti itu?” pikirnya.
Seolah membaca pikirannya, Ustadz Fatih melanjutkan, "Kata-kata ini adalah hal yang sangat wajar bila penulisnya bukanlah manusia, ciptaan yang terbatas, Melainkan pencipta. Not creation but The Creator. Bahkan Alquran menantang manusia untuk mendatangkan yang semacamnya!"
Pikirannya saat itu bergejolak. Dalam hatinya berkata, "Mungkin inilah kebenaran yang selama ini ku cari!".
Tetapi ada beberapa keraguan dibenaknya. ”Mengapa agama yang sedemikian hebat malah terpuruk, menjadi pesakitan, hina dan menghinakan dirinya sendiri?" kata Siauw.
Akhirnya berawal dari potongan ayat tersebut, Felix Siauw memeluk agama Islam dan Alhamdulillah saat ini ia juga menjadi Ustadz yang menebarkan pesan agama kepada umat.