Pertanyaan
Assalamualaikum. Wr. Wb
Bulan Ramadhan hampir tiba, yang menjadi pertanyaan saya adalah
mengenai sholat tarawih, mana yang lebih abdol 11 rakaat atau 23 rakaat
karena masalahnya menjadi polemik di tempat tinggal saya ada yang
melakukan 11 rakaat dan juga ada yang melakukan 23 rakaat.
Yang saya dengar apakah benar Rasulloh mengerjakan sholat tarawih 11
rakaat, kalau memang Rasulloh mengerjakan sholat tarawih 11 rakaat
mengapa ada oarang -oarang yang melakukan sholat tarawih 23 rakaat?
Bukankah itu bid'ah menambah-nambah yang tidak pernah Rasulloh lakukan?
Wass. Km
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Tidak ada satu pun hadits yang shahih dan sharih (eksplisit) yang
menyebutkan jumlah rakaat shalat tarawih yang dilakukan oleh
Rasululullah SAW.
Kalau pun ada yang mengatakan 11 rakaat, 13 rakaat, 20 atau 23
rakaat, semua tidak didasarkan pada hadits yang tegas. Semua angka-angka
itu hanyalah tafsir semata. Tidak ada hadits yang secara tegas
menyebutkan angka rakaatnya secara pasti.
Hadits Rakaat Tarawih 11 atau 20: Hadits Palsu
Al-Ustadz Ali Mustafa Ya'qub, MA, muhaddits besar Indonesia di bidang
ilmu hadits, menerangkan bahwa tidak ada satu pun hadits yang
derajatnya mencapai shahih tentang jumlah rakaat shalat tarawih yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Kalau pun ada yang shahih derajatnya, namun dari segi
istidlalnya
tidak menyebutkan jumlah rakaat shalat tarawih. Di antarahadits palsu
tentang jumlah rakaat tarawih Rasulullah SAW adalah hadits berikut ini:
Dari Ibn Abbas, ia berkata, “Nabi SAW melakukan shalat pada bulan Ramadhan dua puluh rakaat dan witir”. (Hadits Palsu)
Hadis ini diriwayatkan Imam al-Thabrani dalam kitabnya al-Mu‘jam
al-Kabir. Dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama Abu Syaibah Ibrahim
bin Utsman yang menurut Imam al-Tirmidzi, hadits-haditsnya adalah
munkar. Imam al-Nasa‘i mengatakan hadis-hadis Abu Syaibah adalah matruk.
Imam Syu‘bah mengatakan Ibrahim bin Utsman adalah pendusta. Oleh
karenanya hadis shalat tarawih dua puluh rakaat ini nilainya
maudhu' (palsu) atau minimal
matruk (semi palsu).
Demikian juga hadits yang menyebutkan bahwa jumlah rakaat tarawih
Rasulullah SAW adalah 8 rakaat. Hadits itu juga palsu dan dusta.
“Rasulullah SAW melakukan shalat pada bulan Ramadhan sebanyak delapan rakaat dan witir”. (Hadits Matruk)
Hadis ini diriwayatkan Ja‘far bin Humaid sebagaimana dikutip kembali lengkap dengan sanadnya oleh al-Dzahabi dalam kitabnya
Mizan al-I‘tidal dan Imam Ibn Hibban dalam kitabnya
Shahih Ibn Hibban
dari Jabir bin Abdullah. Dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama ‘Isa
bin Jariyah yang menurut Imam Ibnu Ma‘in, adalah munkar al-Hadis
(Hadis-hadisnya munkar).
Sedangkan menurut Imam al-Nasa‘i, ‘Isa bin Jariyah adalah matruk
(pendusta). Karenanya, hadis shalat tarawih delapan rakaat adalah hadis
matruk (semi palsu) lantaran rawinya pendusta.
Jadi bila disandarkan pada kedua hadits di atas, keduanya bukan dalil
yang bisa dijadikan pegangan bahwa nabi SAW shalat tarawi 8 rakaat atau
20 rakaat dalam shalat tarawih.
Hadits Rakaat Shalat Malam atau Rakaat Shalat Tarawih?
Sedangkan hadits yang derajatnya sampai kepada keshahihan, hanyalah
hadits tentang shalat malam yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, di mana
Aisyah meriwayatkan secara shahih bahwa shalat malam yang dilakukan oleh
beliau SAW hanya 11 rakaat.
Dari Ai'syah ra, "Sesungguhnya Nabi SAW tidak menambah di dalam
bulan Ramadhan dan tidak pula mengurangkannya dari 11 rakaat. Beliau
melakukan sholat 4 rakaat dan janganlah engkau tanya mengenai betapa
baik dan panjangnya, kemudian beliau akan kembali sholat 4 rakaat dan
jangan engkau tanyakan kembali mengenai betapa baik dan panjangnya,
kemudian setelah itu beliau melakukan sholat 3 rakaat. Dan beliau
berkata kepadanya (Ai'syah), "Dia melakukan sholat 4 rakaat, " tidak
bertentangan dengan yang melakukan salam setiap 2 rakaat. Dan Nabi SAW
bersabda, "Sholat di malam hari 2 rakaat 2 rakaat." Dan dia (Ai'syah),
"Dia melakukan sholat 3 rakaat" atau ini mempunyai makna melakukan witir
dengan 1 rakaat dan 2 rakaat. (HR Bukhari).
Tetapi di dalam hadits shahih ini, Aisyah ra sama sekali tidak secara
tegas mengatakan bahwa 11 rakaat itu adalah jumlah rakaat shalat
tarawih. Yang berkesimpulan demikian adalah para ulama yang membuat
tafsiran subjektif dan tentunya mendukung pendapat yang mengatakan
shalat tarawih itu 11 rakaat. Mereka beranggapan bahwa shalat yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah shalat tarawih.
Pendukung 20 Rakaat
Sedangkan menurut ulama lain yang mendukung jumlah 20 rakaat, jumlah
11 rakaat yang dilakukan oleh Rasulullah SAW tidak bisa dijadikan dasar
tentang jumlah rakaat shalat tarawih. Karena shalat tarawih tidak pernah
dilakukan oleh Rasulullah SAW kecuali hanya 2 atau 3 kali saja. Dan itu
pun dilakukan di masjid, bukan di rumah. Bagaimana mungkin Aisyah ra
meriwayatkan hadits tentang shalat tarawih beliau SAW?
Lagi pula, istilah shalat tarawih juga belum dikenal di masa beliau
SAW. Pada masa Umar bin Khattab, karena orang berbeda-beda, sebagian ada
yang shalat dan ada yang tidak shalat, maka Umar ingin agar umat Islam
nampak seragam, lalu disuruhlah agar umat Islam berjamaah di masjid
dengan shalat berjamah dengan imam Ubay bin Ka'b. Itulah yang kemudian
populer dengan sebutan shalat tarawih, artinya istirahat, karena mereka
melakukan istirahat setiap selesai melakukan shalat 4 rakaat dengan dua
salam.
Bagi para ulama itu, apa yang disebutkan oleh Aisyah bukanlah jumlah
rakaat shalat tarawih, melainkan shalat malam (qiyamullail) yang
dilakukan di dalam rumah beliau sendiri.
Apalagi dalam riwayat yang lain, hadits itu secara tegas menyebutkan
bahwa itu adalah jumlah rakaat shalat malam beliau, baik di dalam bulan
Ramadhan dan juga di luar bulan Ramadhan.
Maka dengan demikian, keadaan menjadi jelas mengapa di dalam tubuh
umat Islam masih ada perbedaan pendapat tentang jumlah rakaat tarawih
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Dan menarik, para ulama besar
dunia sangat bersikap toleran dalam masalah ini.
Toleransi Jumlah Bilangan Rakaat
Dengan tidak adanya satu pun hadits shahih yang secara tegas
menetapkan jumlah rakaat tarawih Rasulullah SAW, maka para ulama berbeda
pendapat tentang jumlahnya. Ada yang 8 rakaat, 11 rakaat, 13 rakaat, 20
rakaat, 23 rakaat, bahkan 36 rakaat. Dan semua punya dalil
sendiri-sendiri yang sulit untuk dipatahkan begitu saja.
Yang menarik, para ulama di masa lalu tidak pernah saling mencaci
atau menjelekkan meski berbeda pendapat tentang jumah rakaat shalat
tarawih.
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menyebutkan perbedaan riwayat mengenai
jumlah rakaat yang dilakukan pada saat itu: ada yang mengatakan 13
rakaat, ada yang mengatakan 21 rakaat, ada yang mengatakan 23 rakaat.
Sheikh al-Islam Ibn Taymiyah berpendapat, "Jika seseorang melakukan
sholat tarawih sebagaimana mazhab Abu Hanifah, As-Syafi'i dan Ahmad
yaitu 20 rakaat atau sebagaimana Mazhab Malik yaitu 36 rakaat, atau 13
rakaat, atau 11 rakaat, maka itu yang terbaik. Ini sebagaimana Imam
Ahmad berkata, Karena tidak ada apa yang dinyatakan dengan jumlah, maka
lebih atau kurangnya jumlah rakaat tergantung pada berapa panjang atau
pendek qiamnya."(Silahkan periksa kitab Al-Ikhtiyaaraat halaman 64).
Demikian juga dengan Mufti Saudi Arabia di masa lalu, Al-'allaamah
Sheikh Abdulah bin Baaz ketika ditanya tentang jumlah rakaat tarawih,
termasuk yang mendukung shalat tarawih 11 atau 13 rakaat, namun beliau
tidak menyalahkan mereka yang meyakini bahwa yang dalilnya kuat adalah
yang 20 rakaat.
Beliau
rahimahullah berkata, "Sholat Tarawih 11 rakaat atau
13 rakaat, melakukan salam pada setiap 2 rakaat dan 1 rakaat witir
adalah afdal, meniru cara Nabi SAW. Dan, siapa pula yang sholatnya 20
rakaat atau lebih maka juga tidak salah."
Dan di kedua masjid besar dunia, Masjid Al-Haram Makkah dan masjid
An-Nabawi Madinah, sejak dahulu para ulama dan umat Islam di sana shalat
tarawih 20 rakaat dan 3 rakaat witir. Dan itu berlangsung sampai hari
ini, meski mufti negara punya pendapat yang berbeda. Namun mereka tetap
harmonis tanpa ada saling caci.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc