Sebab-sebab manusia mengingkari kebenaran, yakni :
1, Bodoh, inilah yang terbanyak.
2. Kurang atau tidak sesuai dengan yang memeluk kebenaran sering kali pula menjadi musuhnya.
3. Telah mempunyai adat-istiadat atau kebiasaan sendiri yang telah turun temurun sejak berabad-abad.
4. Khawatir dan takut bercerai dengan keluarganya kerabatnya atau handai- taulannya.
5. Khawatir kehilangan pangkatnya, kedudukan, kemuliaannya atau kesenangan dirinya dan lain-lainnya.
Bagi kaum jahilliyah pada masa itu, yang mengingkari terutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak lain tidak bukan, mereka bersikap begitu di sebabkan mereka menjalankan salah satu atau lebih dari kelima hal itu.
Yang menjalankan hal yang pertama sudah tentu orang-orang awam, rakyat jelata kebanyakan, mereka yang bodoh-bodoh.
Yang melakukan hal kedua, sudah tentu daripada pendeta-pendeta mereka yang dengki dan iri hati terhadap diri Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Yang menjalankan hal ketiga, sudah tentu terdiri dari orang-orang awam yang telah sejak berabad-abad bertaqalid buta kepada para ulama dan para pendeta mereka.
Yang melakukan hal keempat sudah barang tentu dari pada mereka yang mencintai kehidupan di dunia.
Dan yang menjalankan hal kelima, sudah tentu terdiri daripada para ulama, para pendeta dan para pembesar mereka.
Oleh sebab itu, seorang dari rakyat kebanyakan yang hendak memeluk kebenaran, haruslah berani meninggalkan semua kebiasaan yang sudah umum yang nyata-nyata menjalani pokok-pokok yang suci, haruslah berani memisahkan diri daripada siapa saja yang menyalahi pokok-pokok yang suci. Demikian pula seorang ulama atau pendeta atau pembesar yang hendak mengikut kebenaran haruslah berani memisahkan atau mengasingkan diri dari cara-cara hidup yang salah, berani bercerai dengan keluarganya, dengan kerabatnya, dengan handai taulannya, dan harus berani pula memusnahkan pengaruh yang menyesatkan dirinya dan pengikut-pengikutnya.
Umat Islam dewasa ini perlu sekali memperhatikan dan mencamkan sebab-sebab orang mengingkari kebenaran, terutama bagi ulama-ulama mereka, penuntun-penuntun mereka, penganjur-penganjur mereka, pendidik-pendidik mereka serta pemimpin-pemimpin mereka, agar supaya semua perbuatannya sehari-hari dan segala tindakannya setiap waktu tidak sampai menyalahi kebenaran dan tidak pula ia berani mengingkari kebenaran, sekalipun kebenaran itu datangnya dari fihak yang derajatnya di pandang lebih rendah, dan walaupun datangnya dari fihak musuh, maka kebenaran itu harus di terimanya dan di ikutinya sebagaimana mestinya. Adapun kebenaran yang di maksudkan oleh Islam ialah kebenaran yang mempunyai alasan-alasan suci, alasan-alasan yang nyata-nyata berasal dari ALLAH dan RasulNya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Wajiblah bagi umat Islam mengingat firman ALLAH :
”Alhaqqu min rabika falaa takuunanna minal mumtariin.”
”Kebenaran itu dari TUHANmu maka itu janganlah sekali-kali kamu menjadi orang-orang yang ragu-ragu.”
http://imanhijrahdanjihad.wordpress.com