Al-hamdulillah, segala puji milik Allah,
Rabb semesta alam. Shalawat dan salam terlimpah kepada Rasulullah
–Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Musibah itu datangnya dari Allah Ta'ala.
Terkadang ia menjadi bukti kecintaan-Nya kepada seorang hamba. Ia
laksana obat, walaupun pahit ia akan meminumnya untuk mendapatkan apa
yang ia inginkan. Dalam hadits Shahih disebutkan,
إِنَّ
عِظَمَ الجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ البَلَاءِ وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ
قَوْمًا اِبْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ
السَّخَطُ
"Sesungguhnya besarnya pahala
sebanding dengan besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai
suatu kaum pasti Dia menguji mereka. Maka siapa yang ridha (terhadapnya)
maka baginya keridhaan Allah, dan siapa yang marah (terhadapnya) maka
baginya kemurkaan Allah." (HR. Al-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Karenanya, orang yang paling banyak menerima musibah adalah para nabi
dan rasul. Dengan itu, Allah mengangkat derajat mereka, meneguhkan
kebenaran mereka, dan menjadikan mereka sebagai teladan bagi semua
mahluk.
Di antara musibah yang Allah timpakan
kepada hamba dalah sakit. Seorang mukmin melihatnya sebagai sebab yang
menghapuskan dosa-dosanya. Penyakit-penyakit yang menimpanya sebagai
kafarat (penebus) atas kesalahan-kesalahan yang telah ia lakukan.
Allah Ta'ala berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
"Dan apa saja musibah yang menimpa
kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. Al-Syuura: 30)
Dari Abu Sa'id dan Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhuma, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَا يُصيبُ
المُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ ، وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمٍّ ، وَلاَ حَزَنٍ ،
وَلاَ أذَىً ، وَلاَ غَمٍّ ، حَتَّى الشَّوكَةُ يُشَاكُهَا إلاَّ كَفَّرَ
اللهُ بِهَا مِنْ خَطَاياهُ
"Tidak ada sesuatu yang menimpa seorang
muslim berupa rasa capek, sakit, cemas, sedih, gangguan, dan rasa susah;
sampaipun duri yang mengenainya kecuali Allah akan menjadikannya
sebagai kafarah (penghapus) dari kesalahan-kesalahannya." (HR.
al-Bukhari dan muslim)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَا
يَزَالُ البَلاَءُ بالمُؤمِنِ وَالمُؤْمِنَةِ في نفسِهِ ووَلَدِهِ
وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى الله تَعَالَى وَمَا عَلَيهِ خَطِيئَةٌ
"Tidaklah seorang mukmin dan mukminan
tertimpa musibah pada dirinya, anaknya dan hartanya sehingga ia berjumpa
Allah Ta'ala tidak membawa satu kesalahanpun." (HR. Al-Tirmidzi. Beliau
berkata: hadits hasan shahih)
Dalam al-Shahih disebutkan, bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah menjenguk seorang badui yang sedang sakit. Adalah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam apabila menjenguk orang sakit beliau berkata padanya,
لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
"Tidak apa-apa, Insya Allah Suci (dari
dosa-dosa dan kesalahan)." Sang badui tadi menyahut, "Engkau mengatakan
suci! Oh Tidak, tetapi ia itu demam tinggi atas orang tua yang
menghantarkannya ke kubur." Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab, "kalau begitu ya." Maksudnya: bagimu apa yang engkau inginkan dan engkau takut mati.
Sakit adalah sebab untuk memperoleh
pahala besar dan derajat tinggi di sisi Allah. Syaratnya, apabila orang
tersebut bersabar dan ridha dengan apa yang menimpanya serta meminta
pahala kepada Allah atas apa yang menimpanya tersebut..
Sakit juga bisa mendekatkan seorang hamba kepada Tuhan-nya dan menjadi sebab turunnya ampunan dan rahmat.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ
وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا
أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ
وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
"Dan sungguh akan Kami berikan
cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" Mereka itulah
yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah: 155-157)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam hadits qudsi; Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla akan
berfirman pada hari kiamat, "Wahai anak Adam, Aku sakit engkau tidak
menjengukku." Ia berkata: Wahai Rabb, bagaimana aku menjenguk-Mu
sedangkan Engkau adalah Rabb semesta alam. Allah menjawab, "Tidakkah
kamu tahu hamba-Ku si fulan sakit dan engkau tidak menjenguknya.
Tidakkah kamu tahu jika kamu menjenguknya kamu dapati aku ada di
sisi-Nya." (HR. Muslim)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
يَوَدُّ
أَهْلُ الْعَافِيَةِ ، يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، حِينَ يُعْطَى أَهْلُ
الْبَلاَءِ الثَّوَابَ ، لَوْ أَنَّ جُلُودَهُمْ كَانَتْ قُرِضَتْ فِي
الدُّنْيَا بالْمَقَارِيضِ
"Orang-orang yang sehat saat melihat
pahala yang diberikan kepada ahlul bala' (banyak dapat musibah) nanti
di hari kiamat berkeinginan kalau saja kulit-kulit mereka dipotong
dengan gunting saat di dunia." (HR. al-Tirmidzi dan dihassankan
Syaikh Al-Albani) tujuannya agar mendapatkan pahala yang didapatkan oleh
orang-orang yang tertimpa banyak musibah di dunia.
Dari Abu Musa al-Asy'ari, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda, "Apabila meninggal anak seorang hamba, maka Allah berfirman
kepada malaikat-Nya, 'kalian telah ambil anak hamba-Ku?' Mereka
menjawab, 'Ya'.
Lalu Allah berfirman, 'Kalian telah ambil buah hatinya?' Mereka menjawab, 'Ya'.
Allah berfirman, 'apa yang dikatakan
hamba-Ku?' Mereka menjawab, 'Ia memuji-Mu dan beristirja." Maka Allah
berfirman, 'Bangunkan satu rumah untuk hamba-Ku di surga, dan namai
rumah itu bait al-Hamd (rumah pujian)'." (HR. Al-Tirmidzi. Beliau
berkata: hadits hasan)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ
عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاءِ،وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ
قَوْمًا ابْتَلاهُمْ،فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا،وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ
السَّخَطُ
"Sesungguhnya besarnya pahala
sebanding dengan besarnya cobaan. Dan sesungguhnya, apabila Allah suka
kepada suatu kaum maka Allah berikan cobaan kepada mereka; siapa yang
ridha maka bainya keridhaan (Allah) dan siapa yang marak baginya
kemurkaan (Allah)." (Al-Tirmidzi)
Sakit juga bisa melenyapkan sifat
sombong dan banga diri dari hati pencari ridha Allah. Ibnul Qayyim
berkata, "Kalau tidak ada cobaan dan musibah dunia niscaya seorang hamba
akan tertimpa penyakit sombong, ujub, congkak, dan kerasnya hati yang
semua itu adalah sebab kehancurannya di dunia dan akhirat."
Saat Harun al-Rasyid sakit dan tidur di
atas kasur kematiannya maka ia melihat kepada kebesaran dan hartanya,
lalu berkata: "Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku.Telah
hilang kekuasaanku dariku!!" kemudian ia berkata: aku ingin melihat
kuburku yang aku akan ditimbun di dalamnya. Lalu ia dibawa kekuburannya.
Harun melihat ke kuburan dan menangis. Lalu ia memandang ke langit
seraya berkata: Wahai Dzat yang tak akan hilang kekuasaan-Nya, rahmati
orang yang kekuasaannya telah hilang!" Wallahu Ta'ala A'lam.