Masalah madu ini, Rasul saw pernah ditegur Allah dengan firman Allah swt, sebagai berikut:
“Wahai Nabi!, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya
bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 66:1)
Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasullulah saw pernah mengharamkan
atas dirinya meminum madu hanya untuk menyenangkan isteri-isterinya,
maka turunlah ayat ini sebagai teguran kepada Rasul saw. Al Quran
menegaskan khasiat madu ini, yakni:
“Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam
warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia (QS
16:69)
Hal ini dipertegas lagi oleh Rasul saw terhadap khasiat madu sebagai obat berikut ini:
“Dari Aisyah ra, Nabi saw, amat gemar pada makanan yang manis-manis dan madu (HR Bukhari)
“Dari Abu Sa’id ra: Ada seorang laki-laki datang kepada Rasullulah saw
dan berkata: “Saudara saya sakit perut”. Rasul menjawab: “Beri ia
madu!”. Hal ini dilakukan orang itu sampai tiga kali bolak balik
menanyakan kepada Rasul saw, jawabannyapun tetap madu dan madu (HR
Buhkari)
Keajaiban Madu
1. Madu Lebah
Madu lebah memangnya diakui dan dari pandangan Islam sendiri ia
merupakan penawar pelbagai penyakit. Madu lebah berasal dari tumbuhan
berbunga yang menghasilkan nektar. Sehingga kurun abad ke-11,
kebanyakkan orang di dunia ini mengakui rasa kemanisan madu yang begitu
unik.
Di Amerika Utara madu dihasilkan dalam jus minuman. Madu dihasilkan
daripada sarang lebah. Madu mengandung campuran gula monosakarida dan
gula polisakarida serta kaya dengan zat yang penting yaitu asam amino,
mineral dan vitamin. Dalam masyarakat Melayu madu digunakan untuk tujuan
untuk melembabkan muka gadis-gadis. Ini biasa dilakukan pada zaman
dahulu, namun masih ada segelintir orang yang meneruskan kebiasaan ini.
Madu disapukan pada seluruh muka dan dibiarkan kering, kemudian dibasuh.
Lembapan amat penting untuk kulit setelah seharian kita bekerja di
bawah sinaran mentari dan suasana hawa dingin. Namun belum ada produk
modern yang agak terkenal menggunakan madu untuk kecantikan.
“Dan Rabbmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di
bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin
manusia. (QS. An-Nahl [ 16]:6
Alam dan isinya memberikan pelajaran hidup bagi manusia. Ia mampu
memberikan inspirasi. Bagaimana seharusnya manusia berhubungan dengan
manusia lainnya. Dan bagaimana pula manusia mesti berprilaku untuk
manusia lainnya. Jika kita menelusuri koloni lebah madu, mereka mampu
memberikan contoh yang baik bagi manusia. Mereka memperlihatkan
kombinasi perilaku individual serta kerja sama sosial yang menakjubkan.
Tak ada yang saling memangsa seperti yang berlaku dalam hukum rimba. Dan
jika kemudian meneliti ke sarang lebah, kita dapat menemukan jawaban
mengapa sejak awal lebah madu telah mempersona manusia, untuk melakukan
observasi terhadapnya.
Sarang lebah, memiliki infrastruktur yang sempurna dan fungsional,
terbentuk dari jalinan zat lendir yang berasal dari tubuh mereka. Sarang
itu, juga dikonstruksi menjadi sebuah rangkaian sel heksagonal yang
sangat sempurna. Terlihat begitu indahnya sarang yang mereka buat secara
gotong royong itu.
Seperti diketahui, bahwa sarang ini menjadi tempat bermulanya aktivitas
koloni lebah madu. Baik sebagai media pemeliharaan larva maupun pusat
pesan, bagi setiap anggota koloni dalam menjalankan tugasnya. Pada
tingkat individual, lebah madu terbagi menjadi tiga jenis anggota
koloni. Mereka adalah ratu, lebah jantan serta lebah pekerja. Semuanya
memiliki tugasnya masing-masing. Dan saling mendukung satu sama lain.
Dalam sebuah koloni lebah madu, ratu lebah diperlakukan secara istimewa.
Ia mendapatkan pasokan makanan yang berlimpah.
Tujuannya, agar ia mampu menjalankan tugas krusial dalam koloni
tersebut, yaitu menghasilkan pheromone, sinyal kimiawi bagi para lebah
pekerja yang mengendalikan perilaku mereka. Sang ratu juga memiliki
tugas untuk menciptakan 'perekat sosial' yang mengikat semua lebah untuk
hidup dalam kebersamaan. Maka menjelmalah sebuah struktur masyarakat
lebah yang terorganisasi dengan baik. Mereka menggunakan 'tarian' untuk
saling mengkomunikasikan di mana letak sumber-sumber makanan yang mereka
perlukan. Tak nampak satu pun dari mereka yang mengunggulkan diri dan
egois. Semuanya berada dalam kebersamaan dan kedamaian. Kekaguman kita
tentu tak hanya berhenti pada terciptanya hubungan dalam komunitas
mereka yang mengagumkan. Namun juga pada produk yang mereka hasilkan,
yaitu madu.
Madu merupakan cairan mujarab, yang dihasilkan lebah dari saripati
beragam tanaman. Dan madu telah mendapatkan tempat yang istimewa dalam
sejarah pengobatan tradisional. Orang-orang Mesir, Assyria, Cina, Yunani
dan Romawi kuno memanfaatkan madu untuk menyembuhkan luka dan beragam
penyakit.
Baik dalam hadits Nabi Muhammad maupun kitab suci Al Quran, juga
memberikan keterangan akan khasiat madu yang menyembuhkan ini. Dalam
surat An Nahl (lebah) ayat 68-69 Allah Swt menyatakan: ''Dan Tuhanmu
mewahyukan kepada lebah:
“'...Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam
warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya, pada yang demikian terdapat tanda-tanda kebesaran Tuhan
bagi mereka yang memikirkan''. (QS 16:69)
Kemudian Rasulullah Muhammad juga menegaskan khasiat madu tersebut dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari: ''Madu adalah penyembuh bagi
semua jenis sakit dan Al Quran adalah penyembuh bagi semua kekusutan
pikiran (sakit pikiran).
“Dari Abu Sa’id ra: Ada seorang laki-laki datang kepada Rasullulah SAW
dan berkata: “Saudara saya sakit perut”. Rasul menjawab: “Beri ia
madu!”. Hal ini dilakukan orang itu sampai tiga kali bolak balik
menanyakan kepada Rasul SAW, jawabannyapun tetap madu dan madu (HR
Buhkari)
Maka disarankan bagimu kedua penyembuh tersebut, Al Quran dan madu.''
Para ilmuwan, akhir-akhir ini juga tergerak hatinya untuk melakukan
penelitian secara mendalam akan khasiat madu secara ilmiah. Mereka
membuktikan bahwa ternyata madu mamang memiliki efek yang menguntungkan
pada kondisi medis tertentu.
Pertama, madu dapat digunakan sebagai zat anti bakteri dan jamur. Karena
madu ternyata dapat menghambat pertumbuhan bakteri seperti
Staphylococcus aureus, patogen tertentu, serta fungi atau jamur, semisal
Candida albicans. Dengan konsentrasi 30-50 persen, madu mampu
memperlihatkan khasiatnya sebagai antibiotik konvensional untuk infeksi
saluran kencing.
Kedua, madu digunakan sebagai anti mencret. Dengan konsentrasi hingga 40
persen, madu memberikan efek bakterial yang akan menghambat laju
sejumlah bakteri yang menyebabkan mencret serta disentri, seperti
Salmonella, Shigella, enteropatogenik E coli, dan Vibrio cholera. Dalam
sebuah studi, madu dengan cairan rehidrasi oral mampu mengurangi durasi
bakteri baik pada anak-anak maupun bayi yang menderita mencret.
Ketiga, madu dapat digunakan sebagai penyembuh luka dan
anti-inflammatory (luka bakar). Madu memiliki arti penting dalam
menyembuhkan luka bakar, infeksi bekas operasi. Ia sangat liat, sehingga
mampu menyerap air yang berada di sekitar jaringan kulit yang terbakar.
Kita bisa merujuk pada sebuah studi yang dilakukan di Afrika Barat.
Dalam studi itu, penyembuhan luka pada wanita setelah menjalani
vulvectomy (operasi pada vagina) akibat kanker vagina, memakan waktu
lebih cepat dengan menggunakan madu. Penggunaan madu juga disarankan
untuk mengurangi tajamnya bau yang diakibatkan borok pada orang yang
berpenyakit kusta.
Keempat, madu dapat digunakan sebagai zat antitusif dan ekspektoran.
Madu yang diandalkan sebagai obat batuk ini terkait dengan kemampuannya
untuk mencairkan dahak dan melegakan tenggorokan.
Kelima, madu sebagai sumber nutrisi. Madu yang tak terkontaminasi sangat
sehat, makanan yang alami, dan mengandung banyak energi. Karena
mengandung karbohidrat, protein, lipid, enzim dan vitamin. Satu sendok
madu mengandung 60 kalori, serta mengandung 11 gram karbohidrat, 1 mg
kalsium, 0,2 mg zat besi, 0,1 mg vitamin B dan 1 mg vitamin C. Madu kini
telah tersedia secara luas di kalangan masyarakat.
Meski khasiat madu belum sepenuhnya diketahui masyarakat secara luas.
Dan kalangan ilmuwan juga dituntut untuk melakukan penelaahan mendalam
mengenai khasiat madu dan mampu menggunakannya dalam cakupan yang lebih
luas. Keajaiban madu telah diungkapkan dalam dalam Al Quran maupun sunah
secara indah, lebih 14 abad lalu. Penjelasan kedua rujukan suci
mengenai madu ini, juga telah merambah dunia sains modern yang telah
menerima dan melakukan penelahaan lebih mendalam atas penggunaan madu.
Al Quran memang bukan sekadar tuntunan hidup, tapi juga sumber ilmu
pengetahuan.
2. Madu "Makanan Istimewa" untuk Kebugaran Tubuh
Dengan demikian Madu ternyata tak cuma nikmat diminum. Si kental manis
asam ini juga baik untuk kesehatan tubuh pengonsumsinya. Bahkan, ia
sudah mulai dilirik sebagai bahan obat. Padahal, sebenarnya madu
merupakan cadangan pakan bergizi tinggi bagi anak-anak lebah. Wajar
kalau kemudian madu dimasukkan ke dalam kelompok bahan makanan bergizi
oleh manusia.
Sebagian masyarakat Indonesia yakin kalau madu merupakan cairan alami
yang enak dan manis. Kita juga beranggapan, madu kental itu sebagai
"makanan istimewa" untuk kebugaran tubuh. Serta katanya, mampu menjaga
lestarinya kemampuan seksual seseorang. Menurut sumber kepustakaan,
setiap 1.000 g madu bernilai 3.280 kalori. Nilai kalori 1 kg madu sama
dengan 50 butir telur atau 5,575 l susu, atau 1,680 kg daging.
Sebetulnya, khasiat madu amat berkaitan dengan kandungan gulanya yang
tinggi. Yakni fruktosa 41%, glukosa 35%, dan sukrosa 1,9%. Serta unsur
kan-dungan lainnya, seperti tepung sari ditambah berbagai enzim
pencernaan. Lalu ada vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, antibiotika, dan
lainnya. Meski sama manisnya, perlakuan tubuh manusia terhadap madu
yang manis itu berbeda dibandingkan dengan gula atau gula pasir. Madu
dapat diproses langsung menjadi glukogen, sedangkan gula harus diproses
terlebih dulu oleh enzim pencernaan di usus. Dengan demikian tubuh
manusia bisa lebih cepat merasakan manfaat madu dibandingkan dengan gula
pasir. Dari beberapa hal itu, rasanya bisa disimpulkan kalau madu bisa
memberikan manfaat sangat penting dalam kehidupan manusia.
(Berbagai sumber )