Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam
“Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa
yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena
sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti
buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh
kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian
penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan
itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)
Beberapa pelajaran penting lainnya yang dapat kita tarik dari hadits ini ialah:
Keempat, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam
kemudian menjelaskan apa sesungguhnya yang melatarbelakangi ummat Islam
di masa itu sehingga menjadi terhina dan kehilangan kemuliaannya.
وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ
Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” (HR Abu Dawud 3745)
Jadi, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam
menyebut penyakit ummat Islam tersebut dengan istilah ”Al-Wahan”. Suatu
istilah baru yang menyebabkan para sahabatpun bertanya-tanya. Sehingga
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mendefinisikannya dengan uraian yang singkat namun sangat jelas.
فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)
Penyakit
Al-Wahan merupakan penyakit yang boleh dikatakan sangat dominan dewasa
ini menjangkiti ummat manusia, termasuk ummat Islam. Karena kita sedang
menjalani era paling kelam dalam sejarah Islam dimana kaum
kuffar sedang mendapat giliran mengarahkan dan menguasai ummat manusia
sedunia, maka konsep hidup kaum kuffar itulah yang mewarnai kehidupan
manusia pada umumnya tanpa kecuali ummat Islam.
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari
kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah
lalai.” (QS Ar-uum ayat 7)
Kaum kuffar tidak mengenal dan meyakini adanya
kehidupan selain di dunia yang fana ini. Mereka sangat peduli dengan
kemenangan, keberhasilan, kebahagiaan dan kekuasaan di dunia ini. Mereka
menyangka bahwa dunia merupakan kehidupan yang final. Sehingga mereka
mati-matian berjuang untuk meraih segala target keberhasilan duniawi
sambil lalai alias tidak peduli dengan keberhasilan di akhirat. Mengapa
demikian? Karena sesungguhnya mereka tidak pernah meyakini adanya
kehidupan akhirat.
Kelima, ummat Islam yang lemah dan kehilangan giliran memimpin ummat manusia, akhirnya menjadi
lemah pula dalam hal keyakinan serta sikap hidup. Mereka mulai
ketularan penyakit kaum kuffar, yakni mencintai dunia. Lalu mereka mulai
melupakan bahwa kehidupan akhirat itulah sesungguhnya kehidupan yang
sejati. Lupa bahwa di dunia yang ada hanyalah fatamorgana dan
sementara. Baik itu dalam hal kebahagiaan maupun penderitaan. Semua
hanyalah fatamorgana dan bersifat fana. Sedangkan di akhirat kelak,
segenap kebahagiaan dan penderitaan bersifat sejati dan abadi. Dewasa
ini, sudah mulai bermunculan saudara muslim kita yang akhirnya mengejar
dunia sedemikian seriusnya, namun bermain-main dalam mengejar akhirat.
Padahal Allah justru menggambarkan bahwa di dunia segala sesuatunya
seharusnya tidak diambil terlalu serius, sedangkan untuk urusan
akhiratlah semestinya seseorang berlaku tidak main-main.
وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ
وَإِنَّ الدَّارَ الْآَخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan
senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang
sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” (QS Al-Ankabut 64)
Sehingga mulailah sebagian muslimin menjadikan kaya-miskin sebagai tolok ukur kemuliaan. Mulailah
mereka memiliki standar kebanggaan mirip orang kafir. Jika hidup tidak
berpindah-pindah dari satu hotel mewah ke hotel mewah lainnya,
perjalanan dari satu pesawat ke pesawat lainnya, kerja berpindah-pindah
dari suatu jabatan kekuasaan formal ke jabatan lainnya, pergaulan
berkenalan dari satu pejabat/selebritis ke pejabat/selebritis lainnya,
maka orang tersebut belum masuk dalam lingkaran yang perlu
diperhitungkan. Hanya mereka yang telah masuk dalam lingkaran pola
kehidupan seperti itulah yang dinilai top dan sukses. Sehingga segala
daya dan upaya dilakukan asalkan bisa secepatnya masuk ke dalam kelas
masyarakat elite tersebut.
Keenam, karena kecintaan kepada dunia telah
sedemikian dominan mirip kaum kuffar, maka biasanya secara otomatis
hilangnya kerinduan bahkan kesiapan menghadapi alam berikutnya, yakni al-akhirah.
Dan mengingat bahwa pintu memasuki akhirat ialah kematian di dunia,
maka muslimin yang telah lemah mental itu kehilangan kesiapan serta
keberanian menghadaoi al-maut alias kematian. Mereka menjadi takut menghadapi kematian. Padahal Nabi shollallahu ’alaih wa sallam justru menekankan kepada kita agar banyak-banyak mengingat kematian.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ
Bersabda Nabi shollallahu ’alaih wa sallam: “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yakni kematian.” (HR Tirmidzi 2229)
Orang yang banyak mengingat kematian
mengindikasikan bahwa dirinya rindu berjumpa dengan Allah. Sebab
kematian adalah saat dimana seseorang kembali ke Allah. Dan Allah akan
suka berjumpa dengan orang yang memang suka berjumpa dengan Allah.
Sebaliknya, Allah enggan berjumpa dengan seseorang yang memang asalnya
juga tidak suka berjumpa dengan Allah.
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ
أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ
Dari Nabi shollallahu ’alaih wa sallam
beliau bersabda: “Barangsiapa suka berjumpa dengan Allah, maka Allah
akan suka berjumpa dengannya. Dan barangsiapa yang benci perjumpaan
dengan Allah, maka Allah akan benci pula berjumpa dengannya.” (HR
Bukhary 6026)
Tetapi pada saat ummat Islam dalam kehinaan seperti dewasa ini malah kita jumpai semakin banyak
orang, termasuk muslimin, yang melupakan kematian. Sedemikian rupa
sehingga kita lihat sebagian mereka mengembangkan ambisi dan kecintaan
kepada berbagai keberhasilan duniawi seolah semua itu dapat mereka
nikmati selama-lamanya. Mereka mengejarnya sedemikian rupa sehingga
menjadi sangat mirip dengan kaum kuffar yang memang tidak mengimani
adanya kehidupan sesudah kematian. Mereka mengejarnya seperti kaum kafir
sehingga kita menjadi malu sendiri melihat kelakuan mereka.
Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia puncak
cita-cita kami dan batas akhir pengetauan kami. Ya Allah, jadikanlah
akhirat pusat perhatian kami selalu dan mati di jalanMu ambisi utama
kami.
Sumber : Eramuslim