Seorang yang pernah melakukan dosa seberapa pun besarnya, pastilah
akan diampuni Allah SWT, selama dia mau bertaubat dengan memenuhi
syarat-syaratnya.
Alih-alih marah kepada orang yang bertaubat, Allah SWT malah sangat berbahagia kepadanya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Dari Abi Hamzah Anas bin Malik Al-Anshari ra (pembantu Rasulullah
SAW) berkata, "Sungguh Allah sangat berbahagia atas permohonan taubat
hamba-Nya, lebih berbahagia dari bahagianya salah seorang kamu yang
kehilangan untanya lalu menemukannya kembali." (HR Bukhari Muslim).
Di dalam kesempatan lain, Rasullah SAW juga bersabda:
Dari Abi Musa Abdullah bin Qais Al-Asy'ari ra. dari nabi SAW,
beliau bersabda, "Sungguh Allah SWT menjulurkan kedua tangan-Nya pada
malam hari orang-orang yang bermaksiat di waktu siang bertaubat. Dan
Allah SWT menjulurkan kedua tangan-Nya pada siang hari orang-orang yang
bermaksiat di waktu malam bertaubat." (HR Muslim)
Di dalam hadits riwayat Imam Muslim disebutkan bahwa tatkala selesai
mengeksekusi mati seorang wanita yang mengaku telah berzina, Rasulullah
SAW kemudian menyalati jenazahnya. Umar ra bingung dan kontan
mempertanyakannya, "Bagaimana Anda menshalati jenazahnya padahal dia
seorang yang telah berzina?" Beliau SAW menjawab, "Sungguh wanita ini
telah bertaubat dengan sebuah taubat yang bila taubatnya itu dibagikan
kepada 70 orang penduduk Madinah, pasti masih sangat cukup untuk
mereka."
Subhanalllah, sungguh besar keagungan-Nya. Dosa sebesar apapun bila
seorang hamba datang kepada-Nya untuk bertaubat, pasti Allah berikan.
Bahkan dosa membunuh 100 nyawa sekalipun, tetap akan diberi ampunan
dari Yang Maha Pengampun. Asalkan semua syaratnya dijalankan.
Imbangi Dosa dengan Pahala
Tidak ada salahnya bila untuk mengimbangi dosa yang pernah kita
lakukan, kita berupaya berlomba menjaring pahala. Ada beberapa trik yang
bisa dilakukan agar pahala bisa kita dapat dalam jumlah banyak dalam
waktu singkat, bahkan tetap terus mengalir meski kita sudah wafat.
Misalnya bila Allah SWT meluaskan rezeki kita, maka kita bisa
mendepositokan harta secara syariah dalam jumlah tak terbatas.Tiap saat
berbuah bahkan tetap terus berbuah sepanjang masa, hingga akhir dunia.
Meski jasad kita sudah hancur di alam kubur, meski nyawa sudah melayang,
tetapi ruh kita akan tetap menerima pahala dari deposito harta yang
pernah kita tanam.
Bentuknya yang paling lazim dalam bentuk wakaf, bisa berbentuk masjid
di mana dari setiap pahala orang yang shalat di dalamnya, kita akan
menerima 'fee' atau royalti atas kesertaan harta kita di dalam
pembangunan masjid itu.
Atau bisa juga dalam bentuk sekolah atau pesantren yang melahirkan
generasi Islam yang kuat. Setiap pahala yang diraih oleh tiap lulusan
sekolah itu, maka ada bagian untuk kita sebagai royalti atas harta kita
di dalam sekolah itu.
Bahkan bisa juga berbentuk perpustakaan Islam, di mana setiap orang
yang mendapat pahala membaca di tempat itu, akan ikut memberikan fee
pahala kepada kita.
Termasuk juga bila kita ikut andil mendirikan situs (website) Islam,
yang isinya tentu demi menegakkan ajaran dan syariat Islam. Banyak orang
yang menganggap kecil peran dakwah situs Islam. Sehingga di banyak
kasus, sering kita saksikan situs-situs Islam muncul bak jamur di musim
hujan, tetapi seiring dengan perjalanan waktu, satu per satu pun
berguguran. Kendalanya sangat klasik, yaitu masalah yang itu-itu juga
dan tidak jauh dari masalah dana.
Seandainya ada seorang muslim yang ingin menangguk pahala yang
mengalir terus, tidak ada salahnya dia menyisihkan hartanya khusus untuk
menghidupkan situs Islam. Sebab situs ini dibaca oleh jutaan manusia,
dari mana saja dan kapan saja. Setiap satu manfaat yang didapat oleh
pembaca, maka satu pahala akan secara otomatis terkirim kepada yang
membiayai situs Islam itu. Kalau memang kita ingin dapat pahala
sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya, mengapa kita tidak mendirikan
situs Islam baru atau memperkokoh yang sudah ada?
Subhanallah...
Betapa banyak peluang menangguk pahala, tapi sayang sekali sedikit sekali yang tergerak untuk memanfaatkannya.
Semoga Allah SWT mengampuni dosa kita semua, baik yang nampak maupun
yang tidak nampak. Dan semoga harta yang kita miliki ini bisa kita
nafkahkan di jalan perjuangan menegakkan agama-Nya. Amien Ya Rabbal
'alamin.
Wallau a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc/Rumah Fiqih