Kiranya sudah tidak asing lagi di telinga kita banyaknya informasi dan pemberitaan tentang ulah para pemimpin dan tokoh-tokoh kita yang sudah tidak bermartabat dan tidak berakhlak mulia. Lagi-lagi tahta yang mereka dapatkan tidak lagi dianggap sebagai amanah, melainkan kebanyakan mereka justru untuk mengeruk harta dan menjaring wanita. Bahkan ada di antara mereka yang bertujuan menghancurkan akidah dan peradaban agama, mengelabuhi masyarakat bawahannya sebagai pahlawan tapi tak lebih mereka adalah kaki tangan imperialis yang selalu menuruti kehendak mereka demi iming-iming dan imbalan duniawi untuk menghancurkan Islam dan meluluhlantakkan generasi imani.
Kesemuanya itu jauh sebelumnya telah disinyalir oleh Rasulullah SAW secara detail, seolah Rasulullah hadir dan menyaksikan sendiri. Imam Tirmidzi meriwayatkan hadis dari Sayyidina Ali RA, beliau meriwayatkan dari Nabi SAW, bahwasanya beliau bersabda:
“Jika umatku melakukan lima belas perkara, maka akan turun kepada meraka bencana”.
Imam Tirmidzi menuturkan hadis panjang ini, di antaranya adalah:
“Dan pemimpin sebuah kaum adalah orang yang paling hina diantara mereka”.
Hadis di atas memberikan suatu sinyalemen kepada individu-individu tertentu dari para pemimpin dan tokoh-tokoh kita, seperti yang kita saksikan di akhir-akhir ini, bagaimana karakter pemimpin dan tokoh kita yang sangat ironis. Mereka sering menyerang, dengki, hasud, congkak, berperilaku tolol, fasik, dan sejumlah perilaku buruk yang lain. Oleh karenanya Allah menjatuhkan beraneka ragam musibah dan bencana di negeri ini.
Imam Ahmad, Abu Ya’la dan Imam Thahawi dalam kitab Musykil al-Atsar, begitu juga Imam Thabrani dalam kitab al-Ausath meriwayatkan sebuah hadis yang diceritakan Anas bin Malik dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:
“Sesungguhnya saat menjelang hari kiamat nanti akan terjadi beberapa tahun yang penuh dengan tipu daya, di mana seorang pendusta dianggap jujur dan orang jujur dianggap pendusta, orang yang berkhianat dianggap amanah sementara orang yang amanah dianggap khianat, dan pada saat itu orang-orang Ruwaibidhah selalu berkomentar, ditanyakan kepada Rasulullah: “Siapakah Ruwaibidhoh itu wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Yaitu orang fasik yang selalu berkomentar tentang permasalahan-permasalahan umum.”
Orang fasik yang hina tersebut adalah yang disinyalir oleh sebuah hadis di atas yang mana ia selalu berbicara dan berkomentar berbagai permasalahan umum.
Imam Abu Bakar asy-Syafi’i meriwayatkan dalam kitab al-Ghailaniyat sebuah hadis dari Abu Hurairah RA. yang menceritakan dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:
“Akan datang pada manusia tahun-tahun yang penuh dengan tipu daya, seorang pembohong dianggap jujur dan orang yang jujur dianggap pembohong, orang yang berkhianat dianggap amanah sedangkan orang yang amanah dianggap berkhianat, dan pada saat itu ar Ruwaibidhoh selalu berkomentar, telah ditanyakan (kepada Rasulullah) siapakah Ruwaibidhoh itu? Beliau menjawab: yaitu seseorang yang hina yang selalu berkomentar dan berbicara masalah-masalah umum”.
Sungguh benar apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW, tidak ada orang yang lebih hina di atas bumi ini daripada orang-orang yang terjangkit penyakit kehinaan.
Imam Thabrani meriwayatkan dalam kitab al-Ausath sebuah hadis dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:
“Demi Dzat yang jiwaku ada pada genggamannya, hari kiamat tidak akan terjadi kecuali jika akan tampak perbuatan keji, sifat kikir, orang yang amanah dianggap berkhianat dan orang yang berkhianat dianggap amanah, dan akan binasalah Wu’ul dan akan nampak Tuhut. Shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah WU’UL dan tuhut itu?” Beliau menjawab: “Wu’ul adalah orang-orang terhormat yang selalu menjadi panutan, sedangkan Tuhut adalah orang-orang yang dahulunya hina dan tidak dikenal.”
Sungguh benar apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW. Barang siapa yang memperhatikan hadis di atas, maka akan menemukan kesamaan dengan beberapa pemimpin dan para tokoh yang banyak berkomentar pada setiap permasalahan dan peristiwa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
[KH. Ahsan Ghozali, MA.]