Seorang anak kecil mentertawakan ayahnya ketika disodorkan buah durian karena menganggap aneh dan lucu ayahnya yang akan memakan buah yang berduri tajam. Tapi apa yang terjadi dengan ayahnya tersebut? Ia hanya tersenyum memaklumi keluguan cara berpikir anaknya.
Begitulah adanya Rasulullah saw yang indah budi pekertinya, halus dan lembut kepada siapapun, sekalipun ia ditertawakan atau didzalimi oleh orang tersebut.
Ingatlah ketika Rasulullah saw dilempari batu, diludahi dan dimaki-maki oleh penduduk Thaif, kemudian Allah SWT mengutus Malaikat Gunung seraya menawarkan adzab apa yang Rasulullah saw inginkan untuk membalas perlakuan tidak manusiawi penduduk Thaif. Lalu apa jawab Rasulullah saw? Sungguh menakjubkan! Rasulullah saw justru menolak tawaran tersebut dengan alasan menjelaskan bahwa sesungguhnya mereka berlaku seperti itu karena belum memahami tentang Islam.
Kini Rasulullah saw sudah tiada dan Islam telah sempurna diturunkan Allah SWT untuk manusia:
“...Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu...”
(Q.S. Al-Maa’idah 5:3)
Sehingga tidak ada alasan lagi bagi kita semua untuk mengatakan "Tidak Tahu" atau "Tidak Paham" hanya karena ingin melegalisasi perbuatan dosa kita.
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat...” (Q.S. Al-Baqarah 2:256)
“Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir? Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (jalan kebaikan dan jalan keburukan)”
(Q.S. Al-Balad 90:8-10)
Lalu mengapa masih juga kita melakukan perbuatan dosa? Itu bukanlah karena kita tidak tahu tetapi kita tidak punya keinginan untuk tahu. Lalu mengapa kita tidak punya keinginan untuk belajar mendalami agama? Itu karena kita enggan untuk bersabar, karena bila kita mendengar kata "sabar" seringkali kali kita membayangkan betapa beratnya untuk menjalani sebuah kesabaran itu.
Bukankah kita lebih menghargai dengan sangat mahal sebuah batu berlian ketimbang batu kali? Karena kita tahu sebuah berlian itu terkenal karena kekuatannya dan terkenal pula sangat sulit dan perlu perjuangan berat untuk mendapatkan Berlian.
Begitulah dengan nilai sebuah kebahagian di dunia dan surga di akhirat, itu semua harganya sangatlah mahal sehingga wajarlah kita harus berjuang keras untuk mendapatkannya. Untuk berjuang keras tentunya kita harus punya kesabaran yang sangat tinggi. Setiap perjuangan dan kesabaran yang tinggi pasti akan dibayar dengan hasil yang sepadan bahkan lebih dari yang kita perhitungkan semula.
Oleh karena itu ketika kita dihadapkan dengan pilihan sulit, kenikmatan dunia yang sementara ataukah kebahagiaan yang abadi di surga? Maka orang yang cerdas akan memilih sebuah pilihan yang punya nilai akhirat yang tinggi.
Ingatlah, apapun juga dan bagaimanapun juga, setiap pilihan itu ada resikonya. Orang yang cerdas akan memilih resiko yang kecil, yaitu lebih baik bersabar dahulu semasa di dunia daripada harus sengsara di akhirat kelak.
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal” (Q.S. Al-A’laa 87:14-17)
Apakah kita akan seperti seorang anak kecil yang lebih memilih es krim daripada vitamin? Tentunya kita yang sudah dianugerahi akal dan pengetahuan yang cukup akan punya kecerdasan dalam memilih.
“Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: ‘Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar’" (Q.S. Al-Qashash 28:80)
Dunia dan akhirat itu seperti eskrim dan vitamin. Eskrim tampak menggiurkan dan terasa lezat, namun itu hanyalah sesaat, yaitu sesaat saja dilihat mata dan sesaat saja dirasakan lidah, semuanya hilang begitu saja ketika eskrim sudah berada dalam perut.
Sedangkan vitamin, dari bentuknya pun seringkali tidak berhasrat untuk mencicipinya, dari segi rasanya pun terkadang jauh dari rasa eskrim, tapi kita baru menyadari manfaatnya setelah beberapa waktu kemudian. Tubuh orang yang memakan eskrim dengan yang memakan vitamin akan berbeda saat menghadapi serangan penyakit atau tiba di masa tuanya.
Allah SWT dalam firman-Nya khusus berpesan kepada orang-orang yang cerdas memilih akhirat:
"Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas" (Q.S. Al-Kahfi 18:28)
"Dan katakanlah: 'Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir' Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek" (Q.S. Al-Kahfi 18:29)
"Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik. Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga 'Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang mas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah"
(Q.S. Al-Kahfi 18:30-31)
Sumber :http://www.fiqhislam.com