“Dua macam golongan manusia yang apabila keduanya baik maka akan baiklah masyarakat. tetapi, apabila keduanya rusak maka akan rusaklah masyarakat itu. kedua golongan manusia itu adalah ulama dan penguasa.” (HR. Abu Na’im)
dalam hadits ini Rasulullah memberitahukan kepada umatnya bahwa penguasa dan ulama itu ada yang baik dan ada yang buruk (ulama su’). lebih tegas lagi Rasulullah menyatakan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi :
“Akan datang penguasa-penguasa fasik dan dzalim. Barangsiapa percaya kepada kebohongannya dan membantu kedzalimannya maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan dia tidak akan masuk surga.”
Berkaitan dengan hal ini, Imam al Ghazali dalam kitabnya ihya ‘ulumuddin, juz 7, halaman 92, menyatakan :
“Dulu tradisi para ulama mengoreksi dan menjaga penguasa untuk menerapkan hukum Allah SWT. Mereka mengikhlaskan niat dan pernyataannya membekas di hati. Namun sekarang, terdapat penguasa yang tamak namun ulama hanya diam. Andaikan mereka bicara, pernyataannya berbeda dengan perbuatannya sehingga tidak mencapai keberhasilan. Kerusakan masyarakat itu akibat kerusakan penguasa, dan kerusakan penguasa akibat kerusakan ulama. Adapun kerusakan ulama akibat digenggam cinta harta dan jabatan. Siapa saja yang digenggam oleh cinta dunia niscaya tidak mampu menguasai ‘kerikilnya’, bagaimana lagi dapat mengingatkan penguasa dan para pembesar.”
bila kondisi para ulama pada jaman Imam al Ghazali demikian, tidak mengherankan bila sekarang kondisinya lebih parah. Ada ulama yang jadi corong penguasa, jadi alat partai politik untuk mengejar kekuasaan, bahkan ada ulama yang diperalat (dibayar) oleh bangsa imperialis asing untuk memasukkan faham-faham liberal dan sekuler.
wallahu a’lam
herminsyahri.wordpress.com