Menjadi Ibu adalah kodrat seorang perempuan,
namun pilihan. Sebab, tidak semua perempuan memilih untuk menjadi
seorang Ibu. Menjadi seorang Ibu adalah amanah yang sangat besar. Karena
di tangannya lah diberikan tanggung jawab mendidik anak yang pertama
dan utama sekaligus pengatur rumah tangga.
Islam sangat
menjunjung tinggi posisi Ibu. Abu Hurairah meriwayatkan, telah datang
seseorang kepada Nabi dan bertanya: “Siapakah yang berhak aku layani
sebaik-baiknya?” Jawab Nabi: “Ibumu”. “Kemudian siapa lagi?” Nabi
menjawab: ”Ibumu”. Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Kata Nabi:
“Ibumu”. “Lalu siapa?” “Ayahmu”. (HR. Bukhari Muslim).
Begitulah, betapa pentingnya sosok seorang Ibu. Bagi seorang anak, Ibu
berjasa besar dalam mengantarkannya menjadi sosok berdaya. Berkat Ibu
lah seorang anak tumbuh sehat, cerdas, dan bertakwa. Ibu lah tokoh utama
di balik kesuksesan seorang anak. Sungguh sangat sombong bila Ibu
diabaikan.
Bagi masyarakat, bukan hanya sebatas sebagai
pelahir keturunan. Lebih dari itu. Ibu adalah peletak dasar lahirnya
generasi penerus bangsa sebagai pewaris peradaban. Di tangan Ibu lah
para pemimpin masa depan umat lahir. Apa jadinya bila untuk menjalankan
misi sebagai pelahir generasi ini, Ibu menghadapi berbagai persoalan dan
kesulitan hidup?
Memang, menjadi Ibu bukanlah perkara mudah.
Bukan sekadar menjalankan tugas kodrati mengandung dan melahirkan.
Seorang Ibu harus mampu melewati masa-masa kritis dalam mendidik dan
membesarkan anak-anaknya. Masa menjelang anak balig, saat di mana si
buah hati harus siap menanggung tugas Ilahi.
Oleh karena itu, wajib bagi seorang Muslim untuk
menghindari durhaka terhadap Ibu, tidak melaksanakan hak-hak Ibu, dan
berbuat sesuatu yang menjadikan Ibu marah. Dalam hal ini, Rasulullah SAW
bersabda: ’’Sesungguhnya Allah SWT mengharamkan kamu durhaka kepada
para Ibu, menanam hidup-hidup anak perempuan, mencegah pemberian dan
menuntut yang bukan hak, Allah benci kepada kamu karena omong kosong,
banyak pertanyaan dan menyia-nyiakan harta’’. (HR. Bukhari).
Berani kepada keduanya pun dilarang Allah. Allah SWT berfirman:
’’Janganlah sekali-kali kamu mengatakan ìahî kepada keduanya dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka ucapan yang
mulia’’. (QS. Al-Isra’ : 23).
Dari Abi Umamah ia berkata: “Ada seorang lelaki berkata: “Ya Rasulullah,
apakah hak kedua orang-tua atas anak mereka?” Rasulullah shollallahu
‘alaih wa sallam bersabda: “Keduanya (merupakan) surgamu dan nerakamu.”
(HR Ibnu Majah)
Hal ini sejalan dengan hadits berikut ini: Dari Abdullah Ibnu Amar
al-’Ash Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda: “Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan orang tua dan
kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.” (HR Tirmidzi)
Dalam hadits lain kita juga dapati bagaimana Islam menyuruh
menghormati ibu sekalipun ia bukan orang beriman seperti hadits yang
diriwayatkan oleh Asma puteri sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq berikut ini:
Asma binti Abu Bakar berkata: “Telah datang kepadaku ibuku dan dia
seorang wanita musyrik di zaman Rasulullah shollallahu ‘alaih wa sallam.
Maka aku datang kepada Rasulullah shollallahu ‘alaih wa sallam meminta
fatwa beliau. Aku bertanya kepada beliau: “Telah datang kepadaku ibuku
sedangkan ia punya suatu keperluan. Apakah aku penuhi permintaan ibuku
itu?” Maka Nabi shollallahu ‘alaih wa sallam bersabda: “Iya, penuhilah
permintaan ibumu itu.” (HR Bukhary)
Mengapa kaum ibu sedemikian diutamakan? Karena mereka adalah fihak yang
sejak masih mengandung anak saja sudah merasakan beban memikul
tanggung-jawab membesarkan anak-anaknya. Mereka adalah pendamping,
penyayang, pengasuh dan pengajar pertama dan utama bagi seorang anak.
Ibu adalah fihak yang paling banyak direpotkan oleh anak semenjak mereka
masih kecil. Begitu lahir anak menuntut air susu ibunya. Keinginan
minum ASI seringkali tidak pandang waktu. Bisa jadi seorang ibu di
tengah malam “terpaksa” bangun mengorbankan waktu istirahatnya demi
menyusui buah hatinya.
Wahai kaum ibu, ikhlaslah dan sabarlah menjaga pos jihad kalian.
Didiklah generasi masa depan calon-calon mujahidin dan mujahidat fii
sabilillah harapan ummat….!
Sumber : Eramuslim,Republika